Setelah ini, dia akan pergi ke
luar negeri untuk melanjutkan studi dan cita-cita terbesarnya. Dia
mengatakannya dengan bahagia. Terlihat jelas segaris senyum di wajahnya. Tapi
perkataan itu, membuat pudar senyum ku. Membuat turun bahu ku dan menyakitkan
hati ku. Ah! aku teramat mencintainya dan teramat tak rela melepasnya. Dia bahkan meminta doa ku. Jika aku mendoakannya,
apakah Tuhan mau menerima doa dengan penuh rasa tak rela?
Pagi ini aku terbangun pukul
05.10 pagi. Setelah sholat subuh, Ayah meminta ku untuk bergegas membantunya
membersihkan halaman. Rencananya hari ini Ayah akan membeli bibit pohon mangga
untuk ditanam di halaman rumah. Aku mencoba bersikap biasa, seolah tak terjadi
apa-apa. Padahal mata ku berbicara dengan lantang bahwa semalamam aku menangis.
Ya, mata ku bengkak dan terasa tebal ketika berkedip. Untung saja Ayah tak
terlalu memperhatikan, ia sedang tidak memakai kacamata kesayangannya. Mungkin
karena hari ini akan menanam bibit pohon mangga, akan sangat menyusahkan jika
kacamata itu menggantung di telinga dan hidungnya.
Ibu ku baru pulang dari pasar
setelah aku selesai membersihkan halaman. Ia melihat sisa bengkak di mata ku
dan segera menanyakan apa sebabnya. Langsung saja ku katakan bahwa semalam aku
menonton drama korea yang kisahnya sangat menyayat hati. Padahal, perkataan
Triya yang membuat ku menangis semalaman. Triya? Triya itu yang tadi aku
ceritakan di awal. Ibu ku tak kuat menahan tawanya, jelas saja tak kuat karena
setelah mendengar alasan ku, tanpa berkata sedikit pun gigi-giginya terlihat
dan matanya menyipit karena tertawa. “Ya Allah Fiiin, gak sekalian aja kamu jadi
pemain dramanya? kamu kan gampang nangis tuh, jadi pas akting nangis sutradaranya
hemat insto! hahaha”. Aku membalasnya dengan tatapan sinis dan langsung
menelusuri kantong-kantong plastik belanjaan ibu ku. “Kue pesenan ku mana Bu?
Aku laper banget nih abis keringetan bantuin Ayah”. “Sebentar, ada di kantong
ini nih” balas Ibu sambil meraih kantong berwarna putih bening.
Toet.. (dering pesan singkat HP
ku berbunyi). Aku yang baru saja selesai mandi hanya menatap HP ku di atas
kasur. Setelah tangan ku kering, langsung ku baca pesan itu sambil menggosok
rambut yang basah dengan handuk.
From: Triya
“Fiin, temenin gue
ke toko buku ya hari ini? mau beli bahan-bahan buat keperluan acara. Sebagai staff acara yang baik, lo gak boleh
nolak! :p. nanti jam 10 gue jemput ke rumah.”
To: Triya
“Yaelaaaah, biasanya
lu pergi sama Ain kenapa sekarang ngajak gua daaah. Mager ah! Minggu tuh
waktunya gue baca novel, makan bisckuit coklat sambil ngadem di halaman! Ganggu
lo!!!”
From: Triya
“Si Ain nemenin
adenya ke acara ulang tahuuun. Ayoolaaah Fiin, gue sekalian mau curhat sama lo
niih. Kan Cuma ke elo gue ceritanyaaa”
To: Triya
“Ah. gue selalu
kalah kalau ngadepin lo. Geura jemput gue.”
From:
Triya
"Hahahaha
makasih mba mro yang paliing baiik. Gue jamin hari ini lu gak nyesel pergi sama gue. Oke, tunggu gue ya Sob :p"
“Tuhaaaaaan,
kenapa mesti ketemu Triya lagi hari iniiii, gara-gara satu divisi kepanitiaan
hidup aku harus sepanjang hari bareng Triya?? Huwaaa. Tahan Fiin, sabar yaaa,
hari ini harus berjuang! berjuang tidak memperlihatkan rasa cinta dan rasa
sakitnya hati”.