Langit itu, cepat berubah.
Kadang ia biru, kadang ia oranye, kadang ia putih, tapi kadang ia hitam.
Sedangkan waktu, ia juga tak kalah cepatnya berubah.
Pagi, siang, sore, malam, begitulah selalu berputar.
Mereka juga.
Mereka kini telah berubah.
Pakaian mereka, tingkah laku mereka, sifat mereka, bahkan wajah mereka.
Aku bingung.
Segalanya berubah.
Aku merasa, aku masih seperti dahulu.
Sama.
Perasaan ku, pikiran ku, ingatan ku, tak pernah berubah tentang mereka.
Padahal, mereka telah berubah.
Sudah berapa banyak mereka melangkah?
Sudah berapa lama mereka pergi?
Dan, sudah berapa jauh aku tertinggal??
Apakah aku harus ikut berubah?
Haruskah?
Tidak. Aku tidak mau!
Aku akan tetap seperti ini.
Menjadi anak-anak.
Menjadi sahabat.
Dan bertingkah layaknya diriku!
Tak mengapa aku tertinggal.
Tak mengapa aku sendiri.
Tak mengapa aku sepi.
Tak mengapa!
Karena dahulu pun, aku seperti ini!
Karena aku, sama.
Jumat, 13 Desember 2013
Senin, 02 Desember 2013
Mimpi
Lewat mimpi, semua kesedihan ku tercurah dengan bebas.
Lewat mimpi, kedamaian yang seimbang bisa ku rasakan.
Dia, memberiku kemudahan lewat mimpi.
Aku sangat bersyukur, meskipun hanya dalam mimpi.
Lewat mimpi, kedamaian yang seimbang bisa ku rasakan.
Dia, memberiku kemudahan lewat mimpi.
Aku sangat bersyukur, meskipun hanya dalam mimpi.
Senin, 28 Oktober 2013
Sedih apa yang datang tak beralaskan?
Aku mengadu kepada Mu Wahai Pemilik Hati..
Surat ini ku kirim ke singgasana megah Mu..
Tidak butuh biaya sedikitpun.
Aku percaya ini pasti Kau baca, karena Engkau Maha Melihat
dan Mendengar
Apa gerangan yang meraung di hati ku Wahai Rabb semesta?
Mengapa aku merasakan sedih yang begitu pilu dan membuat
mata ku berair?
Aku ragu menentukan alasannya.
Dan aku berkata “aku tidak tahu”, pada ruh yang Kau
hembuskan di jasad ini
Rasanya begitu sakit Wahai Pengasih
Rasanya begitu kosong Wahai Penyayang
Memang terlalu banyak salah ku
Tolonglah aku Wahai Pemberi Jalan
Untuk Engkau Sang
Pemilik Hati
dari budak Mu yang paling hina
Kamis, 15 Agustus 2013
Bagaimana ... Mu?
Mata ku hanyalah mata biasa, sama seperti mata orang lain yang juga menyayangi mu, ingin memastikan engkau masih baik-baik saja.
Jari-jari ku hanya berbeda sedikit, hmm ukurannya agak lebih besar, mungkin agar celah kosongnya sedikit berkurang dan tidak terlalu sepi. Ia sudah lelah menanti jari yang telah lama pergi, yang biasa mengisi ruang kosongnya.
Kaki ku? Apa kau ingin tahu juga?.. Tenang saja, ia masih sanggup melangkah menuju rumah mu, namun saat ini waktu memusuhi ku untuk melakukannya.
Lalu, bagaimana dengan mu sobat?
Bagaimana kabar mu?..... ah sepertinya aku salah bertanya, bukankah zaman sudah berubah? tapi aku ingin bukan hanya sekedar kabar mu saja
hmm begini saja, apa kau masih mengingat ku? sahabat mu dulu??
Bukankah sahabat tempat bertukar cerita?? ah bisa jadi kau lupa, ya lupa, kata lupa itu diajarkan oleh kesibukkan dan jarak kepada ku.
Jari-jari ku hanya berbeda sedikit, hmm ukurannya agak lebih besar, mungkin agar celah kosongnya sedikit berkurang dan tidak terlalu sepi. Ia sudah lelah menanti jari yang telah lama pergi, yang biasa mengisi ruang kosongnya.
Kaki ku? Apa kau ingin tahu juga?.. Tenang saja, ia masih sanggup melangkah menuju rumah mu, namun saat ini waktu memusuhi ku untuk melakukannya.
Lalu, bagaimana dengan mu sobat?
Bagaimana kabar mu?..... ah sepertinya aku salah bertanya, bukankah zaman sudah berubah? tapi aku ingin bukan hanya sekedar kabar mu saja
hmm begini saja, apa kau masih mengingat ku? sahabat mu dulu??
Bukankah sahabat tempat bertukar cerita?? ah bisa jadi kau lupa, ya lupa, kata lupa itu diajarkan oleh kesibukkan dan jarak kepada ku.
Minggu, 12 Mei 2013
Seperti Mereka
Aku ingin seperti anak ayam di peternakan,
Mereka terjaga dari telur hingga dewasa,
Selalu bersama dengan saudara seayam.
Aku ingin seperti burung gereja,
Meskipun bernama gereja, ia tetap bisa bertengger di masjid, kuil atau dimanapun ia mau.
Aku ingin seperti pohon,
Pohon selalu menyediakan kebutuhan untuk semua makhluk sekalipun ia beracun.
Aku ingin seperti hujan,
Turun dengan indah untuk mencium bumi.
Aku ingin seperti semut,
Meskipun pergi jauh, ia selalu bisa menemukan jalan kembali.
Aku ingin seperti kupu-kupu,
Meskipun hidup sebentar, ia tak pernah menyerah untuk terbang.
Aku ingin seperti badai,
Meskipun merusak, ia menjadi awal untuk terjadinya sebuah perbaikan.
Rabu, 08 Mei 2013
Andai Aku Bisa Bahagiakan Mu
Mengapa begitu sulit aku memelukmu? Berniat saja tidak.
Padahal untuk mereka, aku dengan mudahnya mengembangkan tanganku.
Mengapa begitu sulit mencium pipimu? Terpikir saja tidak.
Padahal aku selalu mencium mereka meskipun mereka tak meminta.
Mengapa begitu sulit menangis dan mengadu kepadamu?
Padahal mereka, tau segalanya tentang ku.
Mengapa sulit aku berbicara padamu? Padahal engkau, selalu memperhatikan ku.
Mengapa aku tidak merasakan cinta untukmu? Padahal kamu, mencintaiku sampai mati.
Betapa berdosanya aku, terhadapmu.
Betapa tak tau dirinya aku terhadapmu.
Apa hukuman yang pantas untuk orang seperti ku?
Tapi satu pertanyaan berantai masih mengusik ku.
Jika aku sesulit ini terhadap mu, mengapa Tuhan menjadikan aku milikmu?
Mengapa Tuhan menitipkan ku padamu?
Apa maksud semua ini?
Apa Tuhan sedang menggoda ku?
Ah tidak mungkin, pasti aku yang tetap salah.
Padahal untuk mereka, aku dengan mudahnya mengembangkan tanganku.
Mengapa begitu sulit mencium pipimu? Terpikir saja tidak.
Padahal aku selalu mencium mereka meskipun mereka tak meminta.
Mengapa begitu sulit menangis dan mengadu kepadamu?
Padahal mereka, tau segalanya tentang ku.
Mengapa sulit aku berbicara padamu? Padahal engkau, selalu memperhatikan ku.
Mengapa aku tidak merasakan cinta untukmu? Padahal kamu, mencintaiku sampai mati.
Betapa berdosanya aku, terhadapmu.
Betapa tak tau dirinya aku terhadapmu.
Apa hukuman yang pantas untuk orang seperti ku?
Tapi satu pertanyaan berantai masih mengusik ku.
Jika aku sesulit ini terhadap mu, mengapa Tuhan menjadikan aku milikmu?
Mengapa Tuhan menitipkan ku padamu?
Apa maksud semua ini?
Apa Tuhan sedang menggoda ku?
Ah tidak mungkin, pasti aku yang tetap salah.
Senin, 22 April 2013
Hanya Dia yang Tahu
Suara itu menghilang,
tenggelam dalam lubang yang tak berdasar..
Tak satupun manusia mengetahuinya, kecuali dia.
Sisi lainnya, air terus bercucuran juga jatuh ke tempat yang
salah,
Deras mengalir ke dalam sebuah lubang.
Lagi, lubang yang tak berdasar..
Dan dia, masih menjadi satu-satunya yang mengetahui.
Daun yang sedang bersedih pun terdiam,
Berusaha untuk tetap menggantung dengan tangkai.
Namun lemah dirinya tak tertahankan lagi,
Daun jatuh dan menangis..
Ia menyadari bahwa dirinya akan hancur sebelum senyum hadir.
Bagaimanalah senyum akan hadir, senyumnya turut jatuh ke lubang
tak berdasar….
Kini giliran dia mengadu,
Aduannya kosong
Dia berkata, tak lagi bersisa miliknya..
Meski ramai, namun keramaian itu bukanlah miliknya,
Bagaimanalah bisa jadi miliknya, karena dia berada di sebuah
lubang.
Iya, lubang tak berdasar itu lagi,
Keramaian dari suara, air yang mengalir, dan senyum yang
terjatuh tak kan pernah menyapanya,
Karena mereka sibuk untuk kembali ke permukaan...
Rabu, 20 Maret 2013
Tergantung Jawaban Mu
Apa itu hidup?
Menghirup dan menghembuskan.
Apa itu hidup?
Kelaparan atau kekenyangan.
Apa itu hidup?
Ketakutan atau menakuti.
Apa itu hidup?
Menangis atau tertawa.
Apa itu hidup?
Melimpahnya harta benda.
Apa itu hidup?
Berbagi, peduli, mengembangkan
rasa kemanusiaan, mengerti bahwa manusia bukan hanya diri sendiri.
Pilih jawaban yang sesuai dengan hati mu wahai kawan.
Senin, 18 Maret 2013
bertahan lebih baik
seringkali diri merasa lelah dan sampai diambang batas.
namun, bukan mereka yang membatasi mu tapi diri mu.
jika kau terlihat lemah, itu karena batasan yang kau buat.
maka jangan salahkan mereka.
bangkitlah! dan buat batasan mu sedikit demi sedikit berkurang.
namun, bukan mereka yang membatasi mu tapi diri mu.
jika kau terlihat lemah, itu karena batasan yang kau buat.
maka jangan salahkan mereka.
bangkitlah! dan buat batasan mu sedikit demi sedikit berkurang.
Langganan:
Postingan (Atom)