Suara itu menghilang,
tenggelam dalam lubang yang tak berdasar..
Tak satupun manusia mengetahuinya, kecuali dia.
Sisi lainnya, air terus bercucuran juga jatuh ke tempat yang
salah,
Deras mengalir ke dalam sebuah lubang.
Lagi, lubang yang tak berdasar..
Dan dia, masih menjadi satu-satunya yang mengetahui.
Daun yang sedang bersedih pun terdiam,
Berusaha untuk tetap menggantung dengan tangkai.
Namun lemah dirinya tak tertahankan lagi,
Daun jatuh dan menangis..
Ia menyadari bahwa dirinya akan hancur sebelum senyum hadir.
Bagaimanalah senyum akan hadir, senyumnya turut jatuh ke lubang
tak berdasar….
Kini giliran dia mengadu,
Aduannya kosong
Dia berkata, tak lagi bersisa miliknya..
Meski ramai, namun keramaian itu bukanlah miliknya,
Bagaimanalah bisa jadi miliknya, karena dia berada di sebuah
lubang.
Iya, lubang tak berdasar itu lagi,
Keramaian dari suara, air yang mengalir, dan senyum yang
terjatuh tak kan pernah menyapanya,
Karena mereka sibuk untuk kembali ke permukaan...